Artikel Budaya


  • MUSIK DAN KESENIAN TRADISIONAL GONG WANING KABUPATEN SIKKA

           A. GONG WANING : DAYA DAN ROH SENI BUDAYA SIKKA

    Kabupaten Sikka memiliki keragaman budaya yang bernilai tinggi, teristimewa warisan kesenian tradisionalnya. Salah satu warisan kesenian tradisional Kabupaten Sikka yang terkenal adalah Musik Tradisional Gong Waning. Musik Gong Waning tergolong jenis alat musik perkusi yang sangat populer di Kabupaten Sikka. Gong Waning sangat menyatu dengan kehidupan sosiokultural masyarakat Kabupaten Sikka, secara khusus masyarakat etnis Sikka Krowe. Kehadirannya dalam setiap upacara, baik upacara adat, perkawinan, penerimaan tamu, dan pada setiap momen pertunjukan seni selalu menjadi spirit dan daya kreasi bagi masyarakat secara umum, budayawan, dan pegiat seni atau seniman/seniwati secara khusus. Kehadiran musik tradisional Gong Waning syarat dengan nilai sejarah, budaya, dan filosofis masyarakat Kabupaten Sikka karena merupakan hasil dari kearifan lokal (local wisdom) dan karya genius lokal(local genius) yang menunjukan  sebuah jati diri masyarakat yang kreatif dan inovatif dalam sebuah proses peradaban. Karya dan Kearifan lokal para leluhur Sikka ini harus terintegrasi  dalam satu kesatuan budaya (Culture) agar dapat terwujud suatu identitas kebudayaan Sikka yang kokoh sehingga menjadi pedoman dan pijakan bagi masyarakat serta melahirkan kecintaan untuk menjaga dan melestarikannya.

    Manusia hidup dikelilingi oleh seni dan budaya, hal ini dikarenakan manusiaberupaya untuk mengekspresikan dan mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan yangmenuntutnya selalu berhubungan dengan lingkungan, baik itu dalamlingkungan fisik maupun non fisik. Dalam kaitan dengan upaya mengekspresikan dan mempertahankan kehidupan, maka spiritdan kekuatan musik tradisional Gong Waning

    harus menjadi nilai kesenian yang membentuk jati diri yang memberikan kebanggaan dan kebahagiaan bagi masyarakat Kabupaten Sikka,  secara khusus para pegiat dan pelaku seni.

     

    Gong waning saat mengiringi  tarian Hegong

     

    Asian Brain, 2010 (dalam H. Iin Warin:2010): “Indonesia memiliki kuranglebih 389 suku bangsa yang memiliki adat istiadat, bahasa, tata nilai dankesenian yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya diwariskan oleh nenekmoyang”. Gong Waning, sebagai identitas seni dan budaya Sikka yang diwarisi oleh nenek moyang masyarakat Sikka  tentu memiliki keunikan dan kekhasan yang berbeda dengan jenis kesenian musik teradisional suku bangsa lainnya. Namun demikian, harus disadari bahwa kecintaan, apresiasi dan upaya pelestarian musik tradisional Gong Waning oleh masyarakat mengalami kemunduran karena perubahan dan pergeseran perilaku dan pola pikir masyarakat dari pola tradisional ke modern yang disebabkan oleh globalisasi.

    Masuknya kesenian dari luar karena pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ke Indonesia di tengah kalangan muda telah menyurutkan rasa kecintaan terhadap kesenian tradisional, khususnya Gong Waning. Globalisasi dalam bidang seni budaya telah merubah pola pikir masyarakat, khususnya kaum muda yang mengedepankan produk seni modern dari luar dan mengabaikan nilai seni tradisional.Mencermati fenomena seperti ini akibat globalisasi, maka perlu dilakukan upaya-upaya revitalisasi dan pelestarian terhadap kesenian tradisional Gong  Waning, sehingga warisan luhur budaya  ini tidak terkikis di tengah arus modernisasi akibat globalisasi. Kegiatan praktis yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai upayapelestarian terhadap musik tradisional Gong Waning adalah dengan melakukan pagelaran Festival Seni Budaya Sikka, pembentukan dan pembinaan sanggar–sanggarbudaya,dansosialisasi tentang pelestarian warisan budaya kepada masyarakat, pelajar dan mahasiswa. Dengan demikian, sebesar apapun arus modernisasi akibat globalisasi, musik tradisional Gong Waning akan tetap hidup di Niang Sikka tercinta ini.

    Musik Gong Waning dalam upacara adat Gren Mahe di Tana Ai

     

           A. INSTRUMENTASI, IRAMA, DAN FUNGSI  MUSIK TRADISIONAL GONG WANING

    1. Instrumentsi

    Gong Waning merupakan seperangkat alat musik perkusi Kabupten Sikka. Instrumen musik tradisionalGong Waning ini terdiri dari 2 buah waning, yaitu waning inang dan waning anak, 5 buah gong yang terdiri dari gong anak, gong depon, gong udon, gong lepeng, dan gong inang, serta instrumen lainnya adalah saur. Berikut adalah penjelasan tentang instrumentasi musik Gong Waning (CaeciliaSayani: 1996).

    Instrumen waning merupakan jenis alat musik membranofone, karena bunyi yang dihasilkan berasal dari membran atau kulit. Instrumen waning terdiri dari dua jenis, yaitu waning inangdanwaning anak.

    Disebut waning inang karena ukurannya lebih besar dari waning anak. Dalam Bahasa Sikka inang artinya ibu atau induk. Ukuran atau panjang waning inang mencapai 1,5 hingga 2 meter, dengan diameternya mencapai 40 cm. Sedangkan waning anak ukurannya lebih kecil dari waning inang. Dalam Bahasa Sikka, anak artinya anak. Panjang waning anak mencapai 1 hingga 1,5 meter.

    Waning Inang dan Waning Anak

     

    Bahan utama pembuatan instrumen waning adalah batang kelapa dan kulit sapi atau kambing. Sedangkan rotanatau kawat

     

    digunakan sebagai pengikat atau pengencang membran atau kulit waning. Batang kelapa yang digunakan merupakan batang kelapa kering, kemudian bagian tengahnya dibuat lobang, setelah itu bagian yang dilobangi tersebut ditutup dengan kulit sapi atau kulit kambing.Sedangkan alat untuk memukul instrumen waning terbuat dari bambu kering yang telah dibentuk dengan ukuran reltif kecil. Tidak ada penyebutan secara khusus untuk nama alat yang digunakan untuk menabuh waning. Suara yang dihasilkan dari kedua instrumen ini berbeda. Waning Inang menghasilkan suara atau nada-nada rendah, sedangkan waning anak menghasilkan suara atau nada-nada tinggi. Cara menabuh instrumen ini yaitu dengan diduduki atau ditunggangi, terus dimainkan.

    Seperti dijelaskan sebelumnya, jumlah instrumen gong dalam perangkat gong waning berjumlah 5 gong, terdiri dari gong anak, gong depon, gong udon, gong lepeng, dan gong inang.Ukuran perbedaan masing-masing instrumen gong dalam perangkat instrumen Gong Waning relatif kecil. Gong anak ukuran diameternya kurang lebih 30 cm, sementara gong depon, ukuran diameternya kira-kira 33 hingga 34 cm, gong udon, ukuran diameternya kurang lebih 36 atau 37 cm, gong lepeg ukuran diameternya kurang lebih 39 atau 40 cm, sedangkan gong inang ukuran diameternya kurang lebih 42 atau 43 cm. Bahan yang digunakan untuk membuat gong dalam perangkat Gong Waning yaitu besi. Karena ukuran masing-masing instrumen gong tersebut berbeda, maka suara yang dihasilkanpun berbeda. Alat untuk menabuh instrumen gong biasanya diambil dari pohon kelapa juga, namun untuk gong biasanya bahan yang diambil adalah bagian tangkainya.

    Tropikal: Hegong dan Gongwaning

    Instrumen Gong Waning

     

    Saur, termasuk dalam instrumen perangkat Gong Waning. Intrumen ini terbuat dari sebuah bambu, dengan panjang sekitar 1 meter. Sebelum digunakan, biasanya bambu yang digunakan sebagai saur dipecahkan

    terlebih dahulu, tujuannya agar suara yang dikeluarkan lebih nyaring dan keras. Instrumen Saur biasanya berfungsi sebagai pemberi tanda atau pembuka pada saat pertunjukan Gong Waning akan dimulai.

     

    1. Irama

    Salah satu unsur penting dalam musik Gong Waning adalah irama. Dalam pengertian musik barat, irama yaitu ritme yang berulang-ulang, sehingga menimbulkan kesan tertentu (Bahan kuliah Analisis Musik Nusantara, oleh F.X. Purwa Askanta). Menurut Al. Sukohardi (1975:56) dalam Teori Musik Umum, irama dalam musik barat terbagi dalam beberapa jenis tempo, yaitu, (1) irama yang temponya sangat lambat, (2) irama yang temponya lambat, (3) irama yang temponya sedang, (4) irama yang temponya cepat, (4) Irama yang temponya sangat cepat. Sedangkanmenurut Yohanes Carlos De Gerald, dalam Skripsi Pergeseran Fungsi Musik Gong Waning di Kabupten Sikka, irama dalam Gong Waning adalah teknik permainan atau pola tabuhan dalam musik Gong Waning. Selanjutnya,  Yohanes Carlos De Gerald mengungkapkan ada 4 jenis irama dalam musik Gong Waning, yaitu iram leke, irama legang, irama glebak, dan irama loro. Dari ke 4 jenis irama dalam musik Gong Waning, pola permainan instrumen gong dalam setiap irama sama. Perbedaannya terletak pada pola permainan waning dan tempo, sehingga suara yang dihasilkan pun terkesan berbeda. Irama-irama dalam musik Gong Waning dapat diuraikan sebagai berikut.

    Desain tata letak Gong Waning mengikuti perkembangan dunia seni

     

    Irama leke dalam musik barat termasuk dalam jenis irama yang temponya pelan, yang disebut adante.

    • merupakan irama yang temponya lambat dan berjalan-jalan. Dalam musik Gong Waning pola instrumen irama legang hampir sama dengan irama leke, yang berbeda hanyalah tempo dan hentakan-hentakannya. Dalam musik barat irama legang disebut allegreto, atau jenis irama yang temponya sedang.

     

     

    Irama glebak dalam permainan musik Gong Waning termasuk dalam

    irama yang temponya cepat atau dalam musik barat disebut dengan allegro.

    Sedangkan irama loro dalam permainan musik Gong Waning merupakan irama yang temponya paling cepat atau dalam musik barat disebut allegressimo.

    1. Fungsi Gong Waning

    Musik sebagai salah satu wujud ekspresi kebudayaan suatu masyarakat tentu mempunyai hubungan yang kuat dengan kehidupan masyarakat pendukungnya.Begitu pula dengan musik Gong Waning merupakan

     

    ekspresi dari kebudayaan dan masyarakat Kabupaten Sikka yang adalah gambaran kreasi leluhur yang memiliki daya estetika tinggi, sakral dan magis yang memiliki fungsi ritual adat yang ketat. Sejalan dengan perubahanpada kehidupan masyarakat terjadi pula perubahan fungsi musik Gong Waning dalam tata kehidupan msyarakat Sikka, yang tidak hanya berfungsi sebagai ritual tetapi juga sebagai fungsi hiburan.

    1. Fungsi Gong Waning Sebagai Ritual

    Sebagai masyarakat agraris, dahulu masyarakat Sikka menggunakan Gong Waning sebagai sarana upacara adat atau ritual seperti upacara perkawinan, upacara kematian (khusus bagi orang-orang yang meninggal diusia yang sangat tua), upacara lodong me (memperkenalkan anak pada alam sekitar), upacara berkebun, dan upacara pembangunan rumah. Umumnya upacara tersebut dilakukan pada waktu dan tempat tertentu, karena penyelenggaraannya merupakan wujud doa dan ucapan syukur kepada Sang Pencipta atas segala pemberianNya. Upacara berkebun diselenggarakan di rumah adat, di altar persembahan, dan di ladang pada saat musim panen tiba. Upacara perkawinan, kematian, dan upacara lodong me diselenggarakan di rumah penyelenggara sesuai dengan peristiwaatau pelaksanaan upacara tersebut.

    MenurutCaeciliaSayaniDu’aLesu, SS, PenulisSkripsiSejarahdanFungsi Gong Waning, sekaliguspegiatsenidalamwawancara 25 Januari 2022 “Pada penyelenggaraan upacara adatsepertilodong me ataupembangunanrumah Gong Waning selalu disajikan untuk mengiringi tarian, karena merupakan bagian atau menjadi satu- kesatuan dengan tari.

    MenurutCacilia, Gong Waning yang disajikanpadasaat ritual adat di rumahadatatau di halamanmemilikisakralitas yang tinggi.

     

     

     

    1. Fungsi Gong Waning Sebagai Hiburan

    Secara umum, Gong Waning yang digunakan dalam konteks hiburan tidak jauh berbeda dengan intrumen yang digunakan dalam konteks ritual. Untuk mengiringi tarian, instrumen yg digunakan tetap sama, yaitu 5 buah gong, 2 buah waning, dan sebuah saur. Namun dalam sajian tertentu untuk iringan nyayian terjadi penambahan atau pengurangan instrumen. Contoh beberapa sanggar di Kabupaten Sikka seperti Sanggar Benza dalam melakukan pementasan menggunakan semua instrumen Gong Waning, dan ditambah iringan

    guitar dan organ. Sementara Sanggar Bliran Sina hanya menggunakan waning inang, waning anak, dan istrumen gambus untuk mengiringi sebuah nyanyian. Kolaborasi musik Gong Waning dan iringan gambus biasa dilakukan oleh Sanggar Bliran Sina saat menyambut kedatangan para wisatawan di Hotel Sao Wisata.

     

    Pagelaran Gong Waning untuk hiburan

     

    Bentuk sajian dalam konteks hiburan agak sedikit berbedah dengan ritual atau upacara adat. Dalam sebuah ritual penyajian musik gong Waning biasanya terdiri dari 8 orang pemain atau penabuh, sedangkan dalam konteks hiburan jumlah penabuhnya berkurang menjadi 5 orang penabuh.Pengurangan jumlah pemain berpengaruh pada teknik permainannya, untuk ritual karena jumlah penabuhnya 8 orang maka setiap instrumen dipukul atau ditabuh oleh tiap orang, khusus untuk gong dipukul sambil dipegang. Sedangkan untuk hiburan, karena jumlah pemainnya 5 orang maka untuk instrumen gong diletakan disebuah wadah atau penyangga, sehingga satu orang penabuh bisa memainkan 2 buah instrumen gong. Dengan teknik ini satu orang pemain menabuh 2 buah intrumen gong.

    Selainperbedaanbentuksajiandalamkontekskarya, perbedaanjugaterletakpadapenggunaantempatsajian. Untukkepentinganhiburansebagianbesarpenyajianmusik Gong Waning dilakukan di ataspanggung, sehinggajarakantarapemaindanpenontontampak, haliniberbedadenganpenyajianuntukkepentingan ritual, dimanatempatyangdigunakanyaituditengahkebun,ditendapesta,

    •  

    bergabungataumenyatu. MenurutCaeciliaCayani, SS,dalamSkripsi: SejarahdanFungsi Gong Waning,” Untukkepentinganhiburan, kostum para pemainmulaidiperhatikankeserasiannya, baikitupenabuhmaupunpenarisehinggaterlihatmenarik”.

    Fungsi Gong Waning sebagaihiburanmerupakanpergeserandarifungsipertama Gong Waning sebagai ritual. CaeciliaSayanidalamwawancaramengatakanbahwafaktorpergeseranfungsi Gong Waning disebabkanolehbeberapahalsebagaiberikut:

    1. Mata pencaharian

    Perkembanganpembangunan di wilayahKabupaten Sikka berdampakterhadapmunculnyausaha-usahabarusepertiperhotelan, bank, dankoperasi yang berdampakpadapenyerapantenagakerja. Hal iniberdampakpadapenggunaan Gong Waning sebagai ritual jugamulaiditinggalkandandigunakanmasyarakatsebagaisaranahiburanuntukpenyambutantamudanpementasan.

    1. Tingkat intelektualitasataupendidikan

    PerkembanganpendidikanmasyarakatKabupaten Sikka padasaatinitelahmengalamikemajuan, termasuk para seniman/seniwatidari alumnus Sekolah Tinggi Seni Indonesia. Seniman/seniwatitersebutseperti Herman Yoseph, CaeciliaSayani, dan Indah Parera. Seniman/seniwatiinimulaimenggarapmusik Gong Waning dengankemasanberbedadanmelakukanperubahanterhadapmusikGongWaning.Lewattariankreasibaruyang digarapmereka, garapmusik Gong Waning jugadisesuaikan. Kinikaryagarapanmusik Gong Waning dantariankreasibarumerekamenjadiacuanbagikaryaseniSanggarBenzadanSanggarKiboLibok.

    MenurutCaeciliaSayani, ciriutamafungsi Gong Waning sebagaipertunjukanatauhiburanditunjukandengankeserasiaanbusanapenabuhdanpenari, tata rias, tatagerakdanlokasipemampilannya di ataspanggung yang didukungdengantatalampu yang bagus.

     

     

     

     

     

     

    1. UPAYA PELESTARIAN MUSIK TRADISIONAL GONG WANING DI TENGAH ARUS GLOBALISASI

     

    Tarian hegong kreasi yang selalu iiringi Gong Waning

     

    • danberkembangnyakesenian dari luar karena pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ke Indonesia di tengah kalangan muda danmasyarakatsecaraumumtelah menyurutkan rasa kecintaan terhadap kesenian tradisional, khususnya Gong Waning. Globalisasi dalam bidang seni budaya telah merubah pola pikir masyarakat, khususnya kaum muda yang mengedepankan produk seni modern dari luar dan mengabaikan nilai seni tradisional.Globalisasi dalam bidang seni budaya telah menjadikan berbagaikesenian modern barat menghiasi khasana musik Indonesia, juga Kabupaten Sikka, seperti disco, raggae, dansa, break dance, ballet dan lain-lain. Dalam setiap  acara, jenis musik modern barat ini tetap mendominasi, sementara gong waning, kekor gedang, suling, hegong masih sebatas selingan. Mencermati fenomena seperti ini akibat globalisasi, maka perlu dilakukan upaya-upaya revitalisasi dan pelestarian terhadap kesenian tradisional Gong  Waning, sehingga warisan luhur budaya  ini tidak punah di tengah arus modernisasi akibat globalisasi. BeberapaKegiatan praktis yang  dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Kabupaten Sikka sebagai upaya pelestarian terhadap musik tradisional Gong Waning adalah sebagaiberikut”:
    1. Melakukan pagelaran Festival Seni Budaya Sikka

    DalamrangkameningkatkanapresiasidanpelestariankesenianKabupaten Sikka sejaktahun 2004 PemerintahKabupaten Sikka melaluiDinasPariwisatadanKebudayaanKabupatenSikkamenggelar

    Festival SeniBudaya Sikka. Pagelaran Festival SeniBudaya Sikka inimelibatkansanggar-sanggarbudaya di Kabupaten Sikka yang tersebar di 21 kecamatan. Disampingsebagaiajangpelestarianbudaya, Festival Senibudaya Sikka menjadikesempatanbagi para senimanuntukmengembangkankemampuandalammenggaraptarian, musik,maupun

    lagu. Hampirsemuasanggar yang tampilpada Festival SeniBudaya Sikka selalumenyajikan Gong Waning dalammengiringitariandanlagu. Pada momentum inikitabisamenyaksikanpenampilan Gong Waning dari para senimandenganberbagairagamdanirama. Tarian-tariantradisional Sikka yang terkenalselalumenggunakan Gong Waning sebagaipengiringutama, sepertibebing, tuaretalou, hegong, ro’amu’u, dan lain-lain. Pagelaraninidilaksanakansecara professional dankompetitifkarenamenghadirkanjuga para juriuntukmemberikanpenilaianterbaikdari para peserta. PesertaterbaikakanmenjadidutakesenianKabupaten Sikka untukmengikuti Festival Flores – Lembatadan Festival Budaya NTT.

    1. Pembentukan dan pembinaan sanggar-sanggar budaya

    UpayaPelestariandanpeningkatanapresiasiterhadapmusik Gong Waningditengahmasyarakatdilakukanmelaluipembentukandan

    pembinaanterhadapsanggar-sanggarbudaya di Kabupaten Sikka. Sesuai data padaDinasPariwisata Dan KebudayaanKabupaten Sikka padatahun 2020 jumlahsanggar di Kabupaten Sikka sebanyak 107 buah. Sanggar-sanggariniumumnyadibentukolehmasyarakatdanpemerintahdesadanselanjutnyaberadadibawapembinaandanpengawasanDinasPariwisatadanKebudayaanKabupaten Sikka. PenguatankapasitasyangdilakukanolehDinasPariwisatadanKebudayaanKabupaten Sikka terhadapsanggar-sanggaradalahberupapelatihankoreografidansenipertunjukansertapendampingan-pendampinganlainnya.

     

    1. GONG WANING SEBAGAI ASET PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA SIKKA

     

    Busana tradisional untuk tarian hegong

    yang selalu diiring gong waning

     

    Keragaman budaya dan daya tarik alam Kabupaten Sikka sangat menjanjikan pengembangan pariwisata. Salah satu unsur kebudayaan yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung adalah  Musik dan kesenian (art and music). Bahkan wisatawan mancanegara sangat tertarik dengan musik dan kesenian dari Indonesia, hingga tidak jarang mereka mempelajarinya.

    Unsur musik dan kesenian Budaya Sikka yang khas dan mempunyai nilai estetika untuk pengembangan wisata budaya Kabupaten Sikka adalah Gong Waning. Musik tradisional khas Sikka ini selalu dikolaborasikan dengan berbagai jenis tarian tradisional sehingga memiliki kemasan yang menarik saat pagelaran. Tarian-tarian tradisional yang selalu dikolaborasikan dengan gong waning adalah hegong, tua reta low, bebing, ro’a mu’u, dan lain-lain. Kolaborasi Gong Waning dan tarian merupakan bentuk pengembangan pariwisata berbasis budaya (Cultural Tourism), jenis kegiatan pariwisata yang memanfaatkan kebudayaan sebagai objek wisata.Sejalan dengan Perkembanganindustripariwisatamemacuhmasyarakatuntukmengembangkankeseniansetempat, termasukmusik Gong Waning. Dibantu oleh DinasPariwisatamasyarakatmulaiberlomba-lombauntukmembentuksanggarbudayasehinggabanyakpermintaanoleh Biro PerjalananWisatauntukpenyambutanwisatawan.

     

    Di Kabupaten Sikka beberapa sanggar budaya yang terkenal dengan pagelaran Gong Waning dan tarian tradisional adalah Sanggar Bliran Sina, Benza,  Tawa Tana,dll.Produk wisata budaya mereka ini disamping sebagai pengembangan terhadap seni budaya, khususnya Gong Waning juga sebagai upaya melestarikan warisan budaya Sikka.

    Apabila pengembangan wisata budaya  dapat dikelola dengan baik, maka pariwisata dapat menjamin kelestarian budaya dan juga dapat menjadi wadah untuk lapangan kerja bagi masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan wisata tersebut.

    Oleh sebab itu diperlukan konsep pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism) sehingga pariwisata berbasis budaya Sikka melalui kesenian tradisional Gong Waning dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan yakni untuk melestarikan kebudayaan, sekaligus menguatkan kecintaan para wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Sikka tercinta. Dan dentuman Gong Waning selalu menjadi simbol ungkapan selamat datang yang khas ke Niang Sikka Tana Alok“Uhe Die Bui Dang Hadin Nawang”

     

    Tarian Tua Reta Lou dari Hewokloang, sangat heroik dan  atraktif

    dengan iringan Gong Waning


Statistik Web