Profil Kabupaten
Ekonomi Makro
Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah
Perkembangan kondisi umum perekonomian merupakan gambaran kinerja makro dari penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Gambaran perkembangan kondisi ekonomi makro ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi semua pihak yang memiliki tanggung jawab dan komitmen dalam pengeloaaan ekonomi secara efisien dan efektif. Gambaran perkembangan ekonomi makro secara tidak langsung adalah merupakan gambaran prestasi pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Ekonomi makro daerah terdiri dari Produk Domestik Bruto, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan per Kapita, Inflasi dan Investasi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB suatu daerah menggambarkan aktifitas produksi dari suatu daerah. PDRB dapat menggunakan dua pendekatan yaitu dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran dihitung berdasarkan lapangan usaha menurut sektor dan sisi permintaan dihitung berdasarkan nilai komsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan import. Dari sisi penawaran berdasarkan lapangan usaha terdiri dari 9 (sembilan) sektor yaitu Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri pengolahan, Listrik, gas, dan air minum, Bangunan/konstruksi, Perdagangan, Restoran dan hotel,Pengangkutan dan Komsumsi, Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan, danJasa-jasa yang dihitung berdasarkan harga berlaku.
PDRB Kabupaten Sikka dari tahun 2004 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 sebesar Rp.851.687.383 menjadi Rp.939.228.989 pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 9,3%. Tahun 2006 kembali mengalami peningkatan sebesar Rp.1.049.330.739 meningkat sebesar 10,49 %. Tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 7,2 % menjadi Rp. 1.131.583.690 dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar Rp. 1.330.850.170 atau meningkat sebesar 14,97%. Pada tahun 2009 PDRB Kabupaten Sikka meningkat menjadi Rp. 1.660.334.300 atau sebesar 19,84% dan angka tersebut berada diatas target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2009 sebesar Rp.836.800.000,-.
Berdasarkan data yang ada dari tahun 2004-2009 menunjukkan bahwa di Kabupaten Sikka telah terjadi perubahan struktur ekonomi, yaitu makin dominannya kontribusi sektor sekunder dan sektor tersier/jasa terhadap pembentukan perekonomian kota.
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Secara nyata kemajuan ekonomi Kabupaten Sikka dapat dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi. Data tersebut memperlihatkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sikka cenderung fluktuatif pada periode 2004 – 2009. Pada tahun 2004 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 4,57 % dan pada tahun 2005 kembali menurun menjadi 3,54 % dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 4,20 % dan pada tahun 2008 kembali meningkat sebesar 4,00 % dan pada tahun 2009 sebesar 3,63. Penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 secara nasional disebabkan oleh karena kenaikan BBM yang memicu terjadinya inflasi dan berdampak pada berkurangnya daya beli masyarakat.
Pendapatan per Kapita
Dari tahun ke tahun pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Sikka atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2003 sebesar Rp.2.692.798,00. Kenaikan juga terjadi pada tahun 2004 yaitu menjadi sebesar Rp.2.970.100,00, sedangkan pada tahun 2005 naik menjadi sebesar Rp.3.222.660,00, pada tahun 2006 naik menjadi sebesar Rp.3.572.587,00, pada tahun 2007 naik menjadi sebesar Rp. 3.851.123,00. Pada tahun 2008 juga mengalami kenaikan sebesar Rp.4.502.448 dan pada tahun 2009 naik sebesar Rp.4.672.746,00.
Inflasi
Harga, indeks harga dan laju inflasi merupakan beberapa indikator dalam mengamati kondisi perekonomian makro suatu wilayah. Pada gilirannya indikator-indikator tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyusun berbagai kebijakan di berbagai bidang pembangunan.
Laju inflasi adalah suatu besaran yang menggambarkan persentase perubahan harga pada suatu waktu dengan harga pada waktu sebelumnya. Laju inflasi juga sering dipakai sebagai indikator untuk mengamati stabilitas ekonomi khususnya dari sisi harga.
Harga, indeks harga dan laju inflasi merupakan beberapa indikator dalam mengamati kondisi perekonomian makro suatu wilayah. Pada gilirannya indikator-indikator tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyusun berbagai kebijakan di berbagai bidang pembangunan.
Laju inflasi Kota Maumere pada rentang tahun 2003-2009 terlihat fluktuatif. Pada tahun 2003, inflasi Kota Maumere adalah 7,84%, angka ini di atas angka inflasi Indonesia yaitu sebesar 6,9%. Sementara itu, pada tahun 2004 laju inflasi Kota Maumere naik menjadi 8,87%, sedangkan angka inflasi Indonesia justru turun menjadi 6,0%. Pada tahun 2005, laju inflasi Kota Maumere naik secara tajam menjadi 11,98%, kenaikan yang sama juga dialami Indonesia yaitu sebesar 10,40%. Pada tahun 2006, secara drastis inflasi di Kota Maumere turun secara drastis menjadi 2,40%, sebaliknya laju inflasi Indonesia justru naik menjadi 13,30% dan pada tahun 2007 laju inflasi Kabupaten Sikka sebesar 1,15 % sedangkan Nasional sebesar 1,10% (lihat Gambar 2.5). Pada tahun 2008, secara drastis inflasi di Kota Maumere turun secara drastis menjadi 0,63%, sebaliknya laju inflasi Indonesia justru naik menjadi 11,06 % dan pada tahun 2009 laju inflasi Kabupaten Sikka turun menjadi 1,40 % sedangkan Nasional sebesar 2,57%
Investasi
Keberadaan investor baik investor domestik (PMDN) maupun investor asing (PMA) secara umum dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah antara lain melalui penyerapan tenaga kerja dan pembangunan infrastruktur yang dapat mendorong meningkatnya pendapatan perkapita penduduk.
Fiskal Daerah
Desentralisasi fiskal merupakan salah satu kebijakan untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik karena adanya kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Terwujudnya pelaksanaan desentralisasi fiskal yang efisien dan efektif sangat tergantung pada pengelolaan keuangan daerah baik dari aspek penerimaan maupun pengeluaran.
Perekonomian Daerah (Ekonomi Mikro)
Industri
Industri di Kabupaten Sikka dapat dibagi ke dalam beberapa kategorial yaitu industri kecil, industri menengah dan besar, yang kemudian dirinci berdasarkan jumlah unit usaha tenaga kerja dan nilai produksi.
Perdagangan
Sarana perdagangan Kabupaten Sikka terdiri dari supermarket, departemen store, pasar tradisional, pasar lokal/desa, pertokoan, warung dan kios.
Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Perkembangan jumlah koperasi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Program dan kegiatan pemerintah selalu diarahkan pada terwujudnya Sikka sebagai Kabupaten Koperasi. Jumlah anggota koperasi KUD sebanyak 100 orang dan jumlah anggota non koperasi sebanyak 66,844 orang.
Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan mempunyai peran yang cukup penting dalam mendorong percepatan laju pertumbuhan ekonomi di daerah. Peran lembaga keuangan erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dana bagi masyarakat dalam berinvestasi.
Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang terdaftar sebagai murid di berbagai jenjang pendidikan relatif telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal ini terlihat pada tabel yang menampilkan jumlah murid, guru, sekolah dan rasio masing-masingnya. Pada tahun 2010 rasio guru sekolah untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah 10,2 artinya secara rata-rata setiap 1 sekolah mempunyai 10,2 orang guru. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah 15,5 dan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah 29,76.
Semakin tinggi rasio guru sekolah menandakan semakin banyak guru yang tertampung dan berpengaruh terhadap beban mengajarnya. Tujuan Pendidikan Dasar adalah untuk menurunkan Angka Buta Huruf, pada tahun 2010 terdapat sebanyak 9 persen penduduk diatas 10 tahun yang buta huruf, sedangkan 75,86 persen bisa membaca huruf latin dan huruf lain 0,98 persen. Untuk penduduk yang bisa membaca huruf latin dan lainnya sebanyak 14,16 persen.
Angka Melek Huruf pada tahun 2004 sebesar 91,88 % dan menurun sebesar 87,47 % pada tahun 2005 atau menurun sebesar 4,80%. Pada tahun 2006 sebesar 89,14 % atau meningkat sebesar 1,91 % . Pada pada tahun 2007 Angka Melek Huruf meningkat sebesar 92,7% atau meningkat sebesar 3,99 %. Pada tahun 2008 Angka Melek Huruf mengalami penurunan sebesar 89,67% atau penurunan sebesar 3,4%. Dan pada tahun 2009 Angka Melek Huruf menurun sebesar 34,12 % atau menurun sebesar 162,8 %.
Selain pendidikan, kesehatan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam kesejahteraan karena keterkaitan antara kesehatan dan kesejahteraan sangat tinggi. Semakin tinggi tingkat kesehatan seuatu kelompok masyarakat maka dapat dikatakan tingkat kesejahteraannya juga semakin tinggi.
Pembangunan dibidang kesehatan harus dimulai dengan peningkatan mutu standar pelayanan kesehatan dengan penyediaan akses pelayanan kesehatan dasar dengan didukung oleh sumber daya manusia dibidang kesehatan. Di Kabupaten Sikka seperti disajikan dalam tabel terlihat bahwa pada tahun 2010 terdapat 3 Rumah Sakit, salah satunya adalah R.S Swasta, sedangkan jumlah Puskesmas adalah 22 Puskesmas yang berarti bahwa hampir di setiap kecamatan telah menyediakan pelayanan Puskesmas. Jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2010 dibedakan menjadi dokter spesialis, dokter umum, perawat, bidan , mantri dan lainnya. Jumlah dokter umum ada 41 orang dan dokter gigi 7 orang. Sedangkan perawat dan bidan mencapai 428 orang yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Sikka.
Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Kabupaten Sikka adalah malaria dengan jumlah kasus mencapai 19.763 kasus. Pada tabel disajikan juga mengenai data peserta KB aktif menurut kecamatan dan jenis alat kontrasepsi yang digunakan, terlihat bahwa kebanyakan peserta KB aktif menggunakan pil KB sebagai pilihan (18.951), hal ini bisa jadi disebabkan karena mudah dilakukan dan efek samping yang relatif kurang. Dibandingkan tahun 2009, peserta KB aktif mengalami kenaikan.
Dahulu kabupaten sikka merupakan Onder Afdeling yang kemudian menjelma menjadi "swapraja sikka" ( provinsi sunda kecil). Swapraja Sikka diperintah oleh seorang raja yang memerintah secara turun temurun.
Raja-raja yang pernah mengepalai Kerajaan Sikka adalah :
1. Jaman Pemerintahan Portugis :
- Raja Don Alesu Ximenes da Silva
- Ratu Dona Ines ( putri Raja Don Alesu Ximenes da Silva)
- Raja Djudje Mbako I, yang terkenal dengan sebutan " Mbako Kikir Hiwa" artinya "Mbako Sembilan Jari"
- Raja Prispin da Silva
- Raja Don Luis Mbia da silva
- Raja Thomas Mbo I
2. Jaman Pemerintahan Belanda :
- Raja andreas djati da silva : 1874 - 1898
- Raja Mbako II : 1898 - 1902
- Raja J. Nong Meak da Silva : 1902 - 1922
- Raja Don Thomas Ximenes da Silva : 1922 - 1947
- Raja Don Thomas Ximenes da Silva : 1947 - 1954
- Raja P.C.X. da Silva : 1954 - 1958
Pada masa pemerintahan Raja Don Thomas yang dinobatkan sebagai raja Sikka pada tanggal 21 November 1923, maka sistim pemerintahan dijalankan dengan sistim pemencaran kekuasaan atau desentralisasi, sebagaimana yang di terapkan oleh raja sebelumnya.
Struktur pemerintahan kerajaan pada saat itu, raja dibantu oleh :
- Di bawah raja dan dewan tersebut ada semacam kepala distrik / gameente yang disebut kapitan
- Dalam wilayah gameente terdapat kampung - kampung yang masing - masing di kepalai oleh seorang kepala adat atau di sebut tana puang
- Bupati D. P. C. Ximenes da Silva (1958 - 1960)
- Bupati Paulus Samador da Cunha (1960 - 1967)
- Bupati Laurensius Say (1967 - 1977)
- Bupati Drs. Daniel Woda Palle (1977 - 1988)
- Bupati Drs. A. M. Conterius (1988 - 1993)
- Bupati Alexander Idong (1993 - 1998)
- Bupati Drs. Paulus Moa ( 1998 - 2003)
- Bupati Drs. Alexander Longginus & Wakil Bupati Drs. Yoseph Ansar Rera (2003 - 2008)
- Bupati Drs. Sosimus Mitang & Wakil Bupati Dr. Wera Damianus, M.M (2008 - 2013)
- Bupati Drs. Yoseph Ansar Rera & Wakil Bupati Drs. Paulus Nong Susar (2013 - 2018)
- Bupati Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos, M.Si & Wakil Bupati Romanus Woga (2018 - 2023)
- Pembentukan Kecamatan Waiblama sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 1 tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Talibura.
- Pembentukan Kecamatan Alok Barat dan Kecamatan Alok Timur sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 tahun 2007 yang merupakan pemekaran Kecamatan Alok dan penggabungan beberapa desa dari Kecamatan Maumere.
- Pembentukan Kecamatan Koting sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 3 tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Maumere.
- Pembentukan Kecamatan Tana Wawo sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 4 tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan paga.
- Pembentukan Kecamatan Hewokloang dan Kecamatan Kangae sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 5 tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Kawapante
- Pembentukan Kecamatan Doreng dan Kecamatan Mapitara sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 6 tahun 2007 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bola.
- Pengabungan beberapa desa dari Kecamatan Maumere ke Kecamatan Alok dan Kecamatan Alok Timur.
- Pemindahan ibukota Kecamatan Kewapante dari Waipare ke Kewapante.
- Perubahan nama Kecamatan Maumere menjadi Kecamatan Nelle.
Lambang Daerah Kabupaten Sikka mempunyai makna sebagai berikut :
- Mencerminkan latar belakang keagungan kebudayaan daerha Kabupaten Sikka.
- Mencerminkan keadaan geografis yang terdiri dari : kepulauan dan daratan yang bergunung - gunung serta potensi ekonomi yang meyakinkan.
- Mencerminkan semangat dan cita - cita rakyat untuk menciptakan manusia yang adil dan makmur dengan tetap berpegang teguh dengan pancasila sebagai falsafah bangsa dan dasar negara indonesia.
- Motif sarung adat yang di ambil adalah satu motif sarung yang tertua di tana Ai / PALUE disebut "Tipa Tola/ Wua Wela" di Sikka Krowe di sebut "Pa Tola" dan di Lio unsur patola terdapat dalam "Lawo Redu".
- Emas yang menjadi tumpuan tangkai padi dan kapas adalah emas perhiasan yang di Palue di sebut "Koma" di Tana Ai dan di Sikka Krowe di sebut "Bahat Tibu" sedangkan di Lio di sebut "Ome Mbuli".
- Lidah api sebanyak tujuh buah. angka tujuh merupakan angka magis yang berarti berkesinambungan.